A.1 Sistem
Manajemen Mutu
Pengertian Sistem Manajemen Mutu adalah Dewasa
ini sistem yang terdapat di dalam organisasi dapat mempengaruhi pelanggan untuk
mencoba produk baru yang ditawarkan organisasi, dan kemudian tetap setia untuk
terus memakai produk yang ditawarkan organisasi terebut. Semakin mudah
pelanggan untuk mendapatkan produk yang ditawarkan organisasi melalui
kemudahan sistem yang ada, semakin setia pula pelanggan memakai produk yang
ditawarkan organisasi tersebut.
Oleh karena itu, terdapat suatu standar untuk sistem
yang diterapkan oleh manajemen, semakin baik sistem yang diterapkam manajemen
dalam organisasi, maka semakin mudah bagi organisasi untuk mendapatkan standar
Internasional bagi penerapan sistem manajemen di dalam organisasinya. ISO
9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO
9001:2000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan
penilaian dari sistem manajemen mutu.
Definisi Sistem
Manajemen Mutu Menurut Para Ahli
Pengertian Sistem Manajemen Mutu menurut
Gasperz (2002;10) adalah sebagai berikut: “Suatu Sistem Manajemen Mutu merupakan
sekumpulan prosedur terdokumentasi dan Praktek-praktek standar
untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan itu
ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi”
Sistem Manajemen Mutu mendefenisikan bagaimana
organisasi menerapkan praktek-praktek manajemen mutu secara konsisten untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar.
Sedangkan menurut Stephen (1997;196) ISO 9001:2000
didefenisikan sebagai berikut: “ISO 9001:2000 is concerned with specifying
requirements for a quality system. A quality system is composed of an
organizational structure, documented ptrocedures, and tools. The goal is to
present attributes of the organization’s structure, procedures and/or tools
that must be present in order to satisfy the requirements of ISO 9001:2000”
Sistem Manajemen Mutu menjelaskan bahwa ISO 9001:2000
berhubungan dengan Sistem Manajemen Mutu. Sistem Manajemen Mutu dibentuk dari
struktur organisasi, dokumentasi, prosedur dan alat-alat yang terdapat di dalam
organisasi. Dan tujuannya adalah untuk memberikan transparansi mengenai
struktur organisasi,prosedur, dan alat-alat organisasi yang kemudian dapat
memberi kepuasan kepada konsumen.
Dalam hal ini dari dua pengertian yang telah
disebutkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa sistem manajemen mutu merupakan
suatu alat yang diterapkan dalam suatu organisasi, yang diterapkan untuk
memberikan suatu transparansi mengenai aktivitas dalam organisasi. Kegiatan ini
diharapkan dapat memberikan kepuasan, dan dapat memenuhi kebutuhan para
pelanggan dan pasar.
Menurut
Gasperz (2002;10) tujuandari sistem manajemen mutu sebagai berikut:
1. Menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan
tertentu. Kesesuaian antara kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan pada
suatu standar tertentu terhadap proses dan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan sangat penting.
2. Memberikan kepuasan kepada konsumen
melalui pemenuhan kebutuhan dan persyaratan proses dan produk yang ditentukan
pelanggan dan organisasi. Keputusan pelanggan adalah reaksi emosional dan
rasional positif pelanggan. Untuk mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan,
segenap personil organisasi dituntut untuk memliki kompetensi dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
A.2 ISO
9000
ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem
manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO,
yaitu organisasi internasional di bidang
standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for Standardization
Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang
bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176
menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa
standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan
untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun
1994 dan tahun 2000.
·
adanya
pengawasan dalam proses pembuatan untuk memastikan bahwa sistem menghasilkan
produk-produk berkualitas.
·
tersimpannya
data dan arsip penting dengan baik.
·
adanya
pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk mencari unit-unit yang
rusak, dengan disertai tindakan perbaikan yang benar apabila dibutuhkan.
· secara
teratur meninjau keefektifan tiap-tiap proses dan sistem kualitas itu sendiri.
Sebuah perusahaan atau organisasi yang telah
diaudit dan disertifikasi sebagai
perusahaan yang memenuhi syarat-syarat dalam ISO 9001 berhak mencantumkan label "ISO
9001 Certified" atau "ISO 9001 Registered".
Sertifikasi terhadap salah satu ISO 9000 standar tidak
menjamin kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Sertifikasi hanya
menyatakan bahwa bisnis proses yang berkualitas dan konsisten dilaksanakan di
perusahaan atau organisasi tersebut.
Walaupan standar-standar ini pada mulanya untuk
pabrik-pabrik, saat ini mereka telah diaplikasikan ke berbagai perusahaan dan
organisasi, termasuk perguruan tinggi dan universitas.
Kumpulan
Standar dalam ISO 9000
ISO 9000 mencakup standar-standar di
bawah ini:
· ISO
9000 - Quality Management Systems - Fundamentals and Vocabulary:
mencakup dasar-dasar sistem manajemen kualitas dan spesifikasi terminologi dari
Sistem Manajemen Mutu (SMM).
· ISO
9001 - Quality Management Systems - Requirements: ditujukan untuk
digunakan di organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi,
memasang dan/atau melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun.
Standar ini memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah
organisasi apabila mereka hendak memperoleh kepuasan pelanggan sebagai hasil dari barang
dan jasa yang secara konsisten memenuhi permintaan pelanggan tersebut.
Implementasi standar ini adalah satu-satunya yang bisa diberikan sertifikasi
oleh pihak ketiga.
· ISO
9004 - Quality Management Systems - Guidelines for Performance
Improvements: mencakup perihal perbaikan sistem yang terus-menerus. Bagian
ini memberikan masukan tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan
sistem yang telah terbentuk lama. Standar ini tidaklah ditujukan sebagai
panduan untuk implementasi,
hanya memberikan masukan saja.
Masih banyak lagi standar yang termasuk dalam kumpulan
ISO 9000, dimana banyak juga diantaranya yang tidak menyebutkan nomor "ISO
900x" seperti di atas. Beberapa standar dalam area ISO 10000 masih
dianggap sebagai bagian dari kumpulan ISO 9000. Sebagai contoh ISO 10007:1995
yang mendiskusikan Manajemen Konfigurasi dimana
di kebanyakan organisasi adalah salah satu elemen dari suatu sistem manajemen.
ISO mencatat "Perhatian terhadap sertifikasi
sering kali menutupi fakta bahwa terdapat banyak sekali bagian dalam kumpulan
standar ISO 9000 ... Suatu organisasi akan meraup keuntungan penuh ketika
standar-standar baru diintegrasikan dengan standar-standar yang lain sehingga
seluruh bagian ISO 9000 dapat diimplementasikan".
Sebagai catatan, ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 telah
diintegrasikan menjadi ISO 9001. Kebanyakan, sebuah organisasi yang mengumumkan
bahwa dirinya "ISO 9000 Registered" biasanya merujuk pada
ISO 9001.
A.3 Total
Quality Management
TQM atau Total Quality Management (Bahasa Indonesia: manajemen
kualitas total) adalah strategimanajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada
semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO,
TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang
terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan
untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi
keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat."
Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari
kepuasan konsumen, sebuah organisasi dapat mengalami kesuksesan."
Kendaraan
yang digunakan dalam TQM :
1. Manajemen Harian
2. Manajemen
Kebijakan
3. Manajemen Cross-functional
4. Gugus Kendali
Mutu
5. Manajemen
Keselamatan Kerja
TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan industri jasa, bahkan program-program luar
angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.
A.4 Six
Sigma
Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang
digunakan untuk mengganti Total Quality
Management(TQM), sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas
dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan
untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan
mehilangkan biaya. Six sigma juga disebut sistem komprehensive -
maksudnya adalah strategi, disiplin ilmu, dan alat - untuk mencapai dan
mendukung kesuksesan bisnis. Six Sigma disebut strategi karena
terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena
mengikuti model formal,yaitu DMAIC ( Define,
Measure, Analyze, Improve, Control )dan alat karena digunakan
bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagram Pareto(Pareto Chart) dan Histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas
dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah. Kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six
sigma.
Pengertian
Six sigma
dapat dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi.
Perspektif
statistik
Sigma dalam
statistik dikenal sebagai simpangan baku (bahasa Inggris: standard deviation)
yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan
baik apabila berjalan pada suatu rentang yang disepakati. Rentang tersebut
memiliki batas, batas atas atau USL (Upper Specification Limit) dan batas
bawah atauLSL (Lower Specification Limit) proses
yang terjadi di luar rentang disebut cacat. Proses Six Sigma adalah proses yang
hanya menghasilkan 3.4 DPMO (defect permillion opportunity).
Yield
(probabilitas tanpa cacat) |
DPMO
(defect permillion opportunity) |
Sigma
|
30.9 %
|
690.000
|
1
|
69.2 %
|
308.000
|
2
|
93.3 %
|
66.800
|
3
|
99.4 %
|
6.210
|
4
|
99.98 %
|
320
|
5
|
99.9997
|
3.4
|
6
|
Perspektif
metodologi
Six Sigma
merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan
proses melalui fase DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC merupakan jantung analisis six
sigma yang menjamin voice of costumer berjalan dalam
keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan pelanggan.
· Define adalah
fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan,
mengetahui CTQ (Critical to Quality).
· Measure adalah
fase mengukur tingkat kecacatan pelanggan (Y).
· Analyze adalah
fase menganalisis faktor-faktor penyebab masalah/cacat (X). Improve adalah
fase meningkatkan proses (X) dan menghilangkan faktor-faktor penyebab cacat.
· Control adalah
fase mengontrol kinerja proses (X) dan menjamin cacat tidak muncul.
Sejarah
Carl Frederick Gauss (1777-1885) adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan konsep kurva normal dalam bidang statistik. Konsep
ini kemudian dikembangkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1920 yang
menjelaskan bahwa 3 sigma dari nilai rata-rata (mean) mengindikasikan
perlunya perbaikan dalam sebuah proses.
Pada akhir
tahun 1970, Dr. Mikel Harry, seorang insinyur senior pada Motorola's
Government Electronics Group (GEG) memulai percobaan untuk melakukan problem
solving dengan menggunakan analisa statistik. Dengan menggunakan cara
tsb, GEG mulai menunjukkan peningkatan yang dramatis: produk didesain dan
diproduksi lebih cepat dengan biaya yg lebih murah. Metode tersebut kemudian ia
tuliskan dalam sebuah makalah berjudul "The Strategic Vision for
Accelerating Six Sigma Within Motorola" Dr. Mikel Harry kemudian dibantu oleh Richard Schroeder, mantan exekutive
Motorola, menyusun suatu konsep perubahan manajemen ( change management )
yang didasarkan pada data. Hasil dari kerja sama tersebut adalah sebuah alat
pengukuran kualitas yg sederhana yg kemudian menjadi filosofi kemajuan bisnis,
yg dikenal dengan nama Six Sigma.
Perbedaan
Six Sigma dan Total Quality Management (TQM)
Thomas
Pyzdek, seorang konsultan implementasi Six Sigma dan penyusun buku "The
Six Sigma Handbook", pada bulan Februari 2001, menjelaskan adanya
perbedaan penting antara Six Sigma dan TQM yaitu, TQM hanya memberikan petunjuk
secara umum (sesuai dengan istilah manajemen yang digunakan dalam TQM).
Petunjuk untuk TQM begitu umumnya sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yang
berbakat yang mampu menterjemahkan TQM dalam operasional sehari-hari. Secara
singkat, TQM hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan
meningkatkan kualitas, tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian
peningkatan kualitas.
Kemudian
konsep Total Quality Control, pada tahun 1950, menunjukkan bahwa kualitas
produk bisa ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas
ke arah hulu, yaitu di area engineering dan purchasing.
Akan tetapi ada beberapa kelemahan yang muncul pada pelaksanaan Total Quality
Control yaitu:
1. Terlalu fokus pada kualitas dan
tidak memperhatikan isu bisnis kritis lainnya.
2. Implementasi Total Quality Control
menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen
Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan
departemen lain dalam perusahaan yg sama.
3. Penekanan umumnya pada standar
minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk.
Six Sigma
dalam pelaksanaannya menunjukkan hal-hal menjadi solusi permasalahan di atas:
1. Menggunakan isu
biaya, cycle
time dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yg harus
diperbaiki.
2. Six sigma tidak
menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria tetapi fokus
pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yg terukur.
3. Six sigma
memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanyalah salah
satu tujuan, dan tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya.
4. Six sigma
menciptakan agen perubahan (change agent) yg bukan bekerja di Quality
Department. Ban hijau (Green Belt) adalah para operator yg bekerja pada
proyek Six Sigma sambil mengerjakan tugasnya.
Faktor
penting dalam implementasi Six Sigma
1. Dukungan dari
Top level. Six sigma menawarkan pencapaian yang terukur yang tidak akan mampu
ditolak oleh pemimpin perusahaan, yang dikerjakan oleh seorang super star yg
sangat tahu apa yg harus dilakukan di bidangnya (Black Belt, Project Champion,
Executive Champion).
2. Tim yang hebat.
Para Executive Champion, Deployment Champions, Project Champions, Master Black
Belts, Black Belts, dan Green Belts adalah orang-orang yg terlatih dengan baik
untuk mengerjakan proyek Six Sigma.
3. Training yg
berbeda dgn yg pernah ada. Anggota proyek Six Sigma adalah mereka yg pernah
ditraining secara khusus dengan biaya antara $15,000-$25,000 per Black Belt, yg
akan dibayar melalui saving yg didapat dari setiap proyek Six Sigma.
4. Alat ukur yg
baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million Opportunities) yang
berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg diukur berdasarkan persepsi
customer, yg bisa dibandingkan antar departemen atau divisi dalam satu
perusahaan.
5. Tradisi
perusahaan yg baru, yaitu mempromosikan usaha untuk melakukan peningkatan
kualitas secara terus menerus.
B.1 Standar
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Sistem Manajemen K3 (SMK3). Berikut adalah beberapa
Sistem Manajemen K3 antara lain adalah :
1. Siklus Proses
SMK3
Tahapan proses dalam SMK3 bersifat siklus, yaitu harus
terjadi proses perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement), yaitu
mulai dari proses pengembangan komitmen dan kebijakan – perencanaan –
pelaksanaan/ penerapan – pengukuran dan evaluasi – peninjauan ulang dan
peningkatan oleh manajemen dst sehingga terjadi proses perbaikan sistem secara
inheren, sebagaimana digambarkan dalam bagan sbb:
2. Tahapan Proses
dalam SMK3
Komitmen dan Kebijakan Tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Kepemimpinan
dan Komitmen: Komitmen untuk menerapkan SMK3 di tempat kerja, mutlak
harus diberikan oleh semua pihak, terutama dari pihak manajemen / pengurus dan
tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus:
· Membentuk
organisasi tempat kerja untuk terciptanya K3.
· Menyediakan
anggaran dan personil yang memadai.
· Melakukan
perencanaan dan pelaksanaan Program K3.
· Melakukan
penilaian atas kinerja Program K3.
b. Tinjauan awal
K3.
Manajemen harus melakukan tinjauan awal K3 dengan
cara:
· Mengidentifikasikan
kondisi yang ada.
· Mengidentifikasikan
sumber bahaya.
· Penguasan
pengetahuan, peraturan perundangan dan standar K3.
· Membandingkan
penerapan K3 di perusahaan lain yang lebih baik.
· Meninjau
sebab akibat dari kejadian yang membahayakan.
· Menilai
efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
c. Kebijakan
K3.
Kebijakan K3
merupakan suatu pernyataan kepada umum yang ditandatangani oleh manajemen
senior yang menyatakan komitmen dan kehendaknya untuk bertanggung jawab
terhadap elemen K3:
· Komitmen
tertulis, ditandatangani pengurus tertinggi.
· Memuat
visi dan tujuan yang bersifat dinamis.
· Memuat
kerangka kerja dan program kerja.
· Dibuat
melalui proses konsultasi dengan pekerja/wakil pekerja.
· Disebarluaskan
kepada seluruh pekerja.
3. Perencanaan
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan:
· Perencanaan
manajemen risiko.
· Menetapkan
tujuan dan sasaran dari kebijakan K3.
· Menggunakan
indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3.
· Menetapkan
sistem pertanggung jawaban dan cara pencapaian kebijakan K3.
4. Penerapan
Pada tahap ini, perusahaan perlu memperhatikan:
a. Jaminan
Kemampuan, yaitu:
· Tersedianya
personil terlatih, sarana dan dana yang memadai.
· Tersedianya
sistem dan prosedur yang terintegrasi dengan K3.
· Adanya
Tanggungjawab dan akuntabilitas K3 dari Pengurus
· Adanya
motivasi/ kesadaran pekerja tentang SMK3.
· Adanya
komunikasi dengan pekerja tentang penerapan SMK3.
· Adanya
seleksi, penilaian dan pelatihan kompetensi untuk K3.
b. Kegiatan
pendukung
· Komunikasi
dua arah yang efektif antara pengurus dan pekerja.
· Pelaporan,
guna menjamin SMK3 dipantau, kinerjanya
ditingkatkan.
· Dokumentasi
sistem dan prosedur kegiatan perusahaan.
· Pengendalian
Dokumen, hanya yang berlaku yang digunakan.
· Adanya
pengendalian rekaman sebagai bukti penerapan SMK3
c. Identifikasi
sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
· Pada
saat perancangan, rekayasa, pengadaan dan pelaksanaan.
· Lakukan
pengendalian administratip dan APD pada pelaksanaan.
· Tinjau
ulang kontrak dan persyaratan saat pembelian.
· Persiapkan
prosedur menghadapi keadaan darurat, insiden dan pemulihan keadaan darurat.
5. Pengukuran dan
Evaluasi
Fungsi kegiatan tahap Pengukuran dan Evaluasi adalah
untuk:
· Memantau,
mengukur dan mengevaluasi kinerja SMK3
· Mengetahui
keberhasilan/efektifitas penerapan SMK3, dan
· Mengidentifikasi
dan melakukan tindakan perbaikan yang perlu.
Prosedur Pengukuran dan evaluasi
didokumentasikan, meliputi kegiatan:
· Inspeksi
dan Pengujian, dilakukan oleh petugas yang berkompeten rekamannya
dipelihara dengan alat/metode yang memenuhi syarat K3, setiap penyimpangan
harus segera ditindak lanjuti, diselidiki dan ditinjau.
· Audit
SMK3, dilakukan untuk membuktikan dan mengukur efekifitas penerapan SMK3 di
tempat kerja oleh auditor internal untuk setiap enam bulan, dan oleh auditor
eksternal / independen tiap tiga tahun.
· Tindakan
Perbaikan dan Pencegahan terhadap semua temuan hasil pemantauan, inspeksi,
pengujian dan audit harus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk
menjamin efektifitas SMK3.
6. Tinjauan Ulang
dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Bertujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan,
mencakup:
· Evaluasi
terhadap penerapan dan kinerja K3.
· Tinjauan
ulang tujuan, sasaran dan kinerja K3.
· Melakukan
evaluasi dan tindak lanjut temuan audit SMK3.
· Evaluasi
efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan perubahan SMK3.
B.2 OHSAS
18000
Sejak
tahun 1950, Organisasi Buruh Internasional (International Labour
Organization, ILO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization,
WHO) telah berbagi definisi mengenai kesehatan kerja. Dalam revisi terakhir
tahun 1995, definisi dari kesehatan kerja (occupational health) adalah,
"Occupational health should aim at: the promotion and maintenance of the
highest degree of physical, mental and social well-being of workers in all
occupations; the prevention amongst workers of departures from health caused by
their working conditions; the protection of workers in their employment from
risks resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of
the worker in an occupational environment adapted to his physiological and
psychological capabilities; and, to summarize, the adaptation of work to man
and of each man to his job."
Standar OHSAS 18000 merupakan spesifikasi dari sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja internasional untuk membantu
organisasi mengendalikan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan personilnya.
Standar ini diterbitkan oleh komite teknis yang
terdiri dari badan standardisasi nasional, lembaga sertifikasi dan para
konsultan, diantaranya adalah: National Standards Authority of Ireland,
Standards Australia, South African Bureau of Standards, British Standards
Institution, Bureau Veritas Quality International, Det Norske Veritas, Lloyds
Register Quality Assurance, National Quality Assurance, SFS Certification, SGS
Yarsley International Certification Services, dan lain sebagainya.
Spesifikasi dan persyaratan diatur dalam OHSAS 18001
dan pedomannya diberikan pada OHSAS 18002. Revisi terakhir adalah tahun 2007.
Standar ini juga kompatibel dengan ISO 9000 dan ISO 14000. Umumnya, ke-3
standar ini diaplikasikan sebagai integrated system.
Dalam perusahaan harus memiliki standar OHSAS 18000, hal
ini penting bagi keselamatan kerja di perusahaan sehingga akan menghasilkan
produksi yang berjalan lancar dan berdampak baik bagi karyawan untuk mencegah
atau memperkecil tingkat kecelakaan.
Apabila
perusahaan tersebut bergerak di bidang industri yang memproduksi suatu barang
dengan menggunakan alat-alat berat yang paling diutamakan adalah kesehatan dan
keselamatan karyawan dalam bertugas, sehingga perusahaan harus memperhatikan
kebutuhan fisik terhadap karyawan, seperti memberi makan kepada karyawan pada
waktu jam makan & istirahat yang cukup umtuk menjaga kesehatan karyawan.
begitu juga dibutuhkan keselamatan kerja dalam bertugas, oleh karena itu
perusahaan membuat aturan / prosedur untuk diterapkan pada karyawannya. bagi
keselamatan karyawan harus lah menggunakan pakaian yang aman atau pelindung
diri menurut aturan perusahaan sehingga memperkecil tingkat kecelakan.
Dengan adanya OHSAS 18000 perusahaan pun akan berjalan
dengan baik karena kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan sangat
diperhatikan dan menguntungkan bagi perusahaan dalam meningkatkan hasil
produksi,dalam hal ini berdampak positif sehingga
saling menguntungkan bagi perusahaan maupun karyawan.